Sabtu, 18 Oktober 2008

lanjutan URBAN FARM : "Tanah di Surabaya Beli Ya?"


Kemarin, setelah dicampur-campur menghasilkan media siap tanam sebanyak 11 biji. Aku pakai poylbag karena murah dibandingkan harus beli pot. Cuman Rp 12.500 per kilo. Ini murah banget. Setelah itu disiram ama air yang sudah dicampur ama mikroba supaya tanahnya digemburkan oleh pasukan mikroba.

Setiap pagi selama 4-5 hari, aku siram tanah tersebut dengan air campuran. Nanti pada hari ke-5 atau 6, baru aku memasukkan biji. Aku akan coba semua biji yang sudah aku beli. Yaitu, biji pakchoy white, pakchoy green, cabe keriting dan kailan.

11 polybag itu aku taruh saja di atas dinding pagar. Ya, begitu aja, sangat sederhana. See, lihat kan ada sepeda nganggur ditaruh di situ? Memang sich nanti rencananya akan pake talang bekas. Talangnya sudah siap. Hanya saja yang belum siap adalah tiang pemancang talang. Maklum kan isinya tanah, jadi berat.

Sesudah ini, blum ada foto-foto lagi, coz hanya siram-siram biasa sampai 4 hari ke depan.

Oke, kemarin ada satu hal yang bikin menarik. Sewaktu aku mencampur tanah dengan pupuk dan kompos, ada teman yang berkomentar begini: "Wah, di Surabaya, tanah harus beli ya?" "Iya," jawabku. "Di daerah saya, nggak ada yang beli, tinggal tanam aja biasa," katanya.

Hehehe, dalam hati, ini dalam hati lho, aku berkomentar: masalahnya situ nggak bisa memanfaatkan apa yang sudah ada sich. Justru kalo tinggal tanam, harusnya dia bisa menjadi petani yang kaya dong, jika tahu rahasianya. Ya, aku sich nggak mau menyalahkan siapa-siapa, kasihan kan ama kambing hitam, disalahkan terus.

Ini yang jadi pelajaran buat aku juga bahwa: APAPUN ALATNYA, KITA HARUS TERUS BERKARYA. Mirip kayak iklan minuman ya. Tapi itu betul lho. Ada atau tidak alat, kita harus terus berkarya. Kalau kita menggantungkan pada ketersediaan alat, itu akan menghentikan semangat dan usaha kita untuk berkarya. Kita cenderung untuk menunggu datangnya alat tersebut. Iya kalau datang. Kalau alatnya nggak datang, bagaimana dong? Apa kita mau terus gigit jari? Sementara, usia kita nambah terus, alias jadi tua. Kalo dah tua, dah gigi ompong, mana bisa kita maksimal berkarya seperti kita muda sekarang ini? (Maaf lho bagi opa, oma, peace!)

Remember this, jangan pernah menunggu ALAT LENGKAP supaya kita bisa berkarya. Percayalah, karna saya sudah membuktikannya sendiri :)

Keterangan: posting tanggal 08 Oktober 2008 di http://e-liputanrohani.blogspot.com

Tidak ada komentar: